Blessing Based Spiritual Nurture

AIR SABUN BEKAS

KASIH BELUM BERDAMPAK
BILA IA BELUM MEWUJUD DALAM KASIH YANG BERTINDAK

Nats: Inilah perintah yang kita terima dari Dia: Siapa yang mengasihi Allah, ia harus juga mengasihi saudara seimannya (1Yohanes 4:21)


Di Semarang, Jawa Tengah, seorang ibu bekerja sebagai buruh cuci harian. Ia adalah seorang ibu rumah tangga yang sangat mengasihi Tuhan. Saat krisis moneter melanda Indonesia, ibu tersebut menyaksikan tetangganya tidak bisa mencuci pakaian karena tidak mampu membeli sabun cuci. Suatu hari, ia datang kepada majikannya dan bertanya, “Pak, apakah saya boleh membawa pulang air sabun bekas ini
setiap kali saya selesai mencuci?” “Boleh saja. Tetapi, untuk apa?” selidik sang majikan. “Untuk tetangga saya, Pak. Mereka tidak bisa mencuci pakaian karena tidak mampu membeli sabun cuci,” ia menjelaskan.

“Allah adalah kasih”, demikian judul perikop ayat bacaan renungan kita hari ini. Kasih adalah sifat Allah. Oleh kasih-Nya, Dia rela datang ke dunia demi menyelamatkan manusia berdosa. Kekristenan pun dibangun di atas fondasi kasih, sehingga para pengikut Kristus kerap disebut penganut agama kasih. Siapa yang tidak hidup di dalam kasih berarti tidak mengenal Allah (ayat 8). Kasih bukan sekadar pengajaran, tetapi harus dipraktikkan. Wanita yang saya sebutkan di atas, bukan seseorang yang berpendidikan tinggi apalagi seorang ahli teologi atau rohaniwan. Namun, tindakannya menunjukkan bagaimana ia mengenal Allahnya. Ia tak banyak berteori dan berdebat, namun ia mempraktikkan kasih.

Di zaman ini, kasih banyak orang menjadi hambar. Tak jarang mereka hanya mampu mencipta “kisah” lantas mengabaikan kasih. Kisah sakit hati, kisah dendam, kisah permusuhan, tampaknya semakin sering terdengar. Jika hal itu terjadi, pertanyaannya, sungguhkah kita mengenal Allah?

1Yohanes 4:7-21

7. Saudara-saudaraku yang kekasih, marilah kita saling
mengasihi, sebab kasih itu berasal dari Allah; dan setiap orang
yang mengasihi, lahir dari Allah dan mengenal Allah.
8 Barangsiapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah, sebab
Allah adalah kasih.
9 Dalam hal inilah kasih Allah dinyatakan di tengah-tengah
kita, yaitu bahwa Allah telah mengutus Anak-Nya yang tunggal ke
dalam dunia, supaya kita hidup oleh-Nya.
10 Inilah kasih itu: Bukan kita yang telah mengasihi Allah,
tetapi Allah yang telah mengasihi kita dan yang telah mengutus
Anak-Nya sebagai pendamaian bagi dosa-dosa kita.
11 Saudara-saudaraku yang kekasih, jikalau Allah sedemikian
mengasihi kita, maka haruslah kita juga saling mengasihi.
12 Tidak ada seorangpun yang pernah melihat Allah. Jika kita
saling mengasihi, Allah tetap di dalam kita, dan kasih-Nya
sempurna di dalam kita.
13 Demikianlah kita ketahui, bahwa kita tetap berada di dalam
Allah dan Dia di dalam kita: Ia telah mengaruniakan kita mendapat
bagian dalam Roh-Nya.
14. Dan kami telah melihat dan bersaksi, bahwa Bapa telah
mengutus Anak-Nya menjadi Juruselamat dunia.
15 Barangsiapa mengaku, bahwa Yesus adalah Anak Allah, Allah
tetap berada di dalam dia dan dia di dalam Allah.
16 Kita telah mengenal dan telah percaya akan kasih Allah
kepada kita. Allah adalah kasih, dan barangsiapa tetap berada di
dalam kasih, ia tetap berada di dalam Allah dan Allah di dalam
dia.
17. Dalam hal inilah kasih Allah sempurna di dalam kita, yaitu
kalau kita mempunyai keberanian percaya pada hari penghakiman,
karena sama seperti Dia, kita juga ada di dalam dunia ini.
18 Di dalam kasih tidak ada ketakutan: kasih yang sempurna
melenyapkan ketakutan; sebab ketakutan mengandung hukuman dan
barangsiapa takut, ia tidak sempurna di dalam kasih.
19 Kita mengasihi, karena Allah lebih dahulu mengasihi kita.
20 Jikalau seorang berkata: “Aku mengasihi Allah,” dan ia
membenci saudaranya, maka ia adalah pendusta, karena barangsiapa
tidak mengasihi saudaranya yang dilihatnya, tidak mungkin
mengasihi Allah, yang tidak dilihatnya.
21 Dan perintah ini kita terima dari Dia: Barangsiapa mengasihi
Allah, ia harus juga mengasihi saudaranya.

February 27, 2008 Posted by | Renungan | Leave a comment